MENGUJI ANTARA "KUALITAS DAN INTEGRITAS" ATAU "ISI TAS"


   Bingung sebenarnya harus dimulai darimana penulisan artikel di blog ini, mengingat sudah lebih dari satu tahun penulis tidak membuat artikel disini. Sebelumnya permohonan maaf saya kepada para pembaca yang mungkin saja rindu dengan artikel yang ada diblog ini, setahun lebih berlebih tanpa ada postingan ataupun publikasi yang dilakukan oleh penulis blog ini, hal ini dikarenakan penulis sedang memiliki sedikit kesibukan dalam menjalani studinya.
   Tanpa memperpanjang mukadimah (pembukaan), penulis akan membahas salah satu topik yang saat ini sedang hangat dibicarakan oleh lapisan masyarakat di Indonesia, apalagi jikalau bukan mengenai Pilkada Serentak yang nantinya akan dilaksanakan pada 23 September 2020 mendatang. Ada sekitar 270 daerah yang nantinya akan melaksanakan Pilkada Serentak dengan rinciannya adalah 9 provinsi, 224 kabupaten, 37 kota dan salah satunya adalah Kabupaten Simalungun.
   Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 32 kecamatan, 27 kelurahan, dan 386 desa dengan luas wilayah mencapai 4.369,00 km² dan jumlah penduduk sekitar 1.025.527 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 235 jiwa/km².
   Saat ini sudah ada beberapa nama bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati yang dikantongi oleh penulis melalui pemantauan yang dilakukan baik dari lingkungan sekitar maupun pemantauan dari media sosial. Beberapa diantara nama tersebut adalah Radiapo Hasiholan Sinaga, Amran Sinaga, Gideon Purba, Tumbur Napitupulu, Wagner Damanik, Risben Nduwari Tambun Saribu, Zonny Waldi, Mujahiddin Nur Hasyim, Ahmad Anton Saragih, Siman Siahaan, Bambang Kuncono Wahono, Elkananda Sah, Evra Sassky Damanik dan nama-nama lainnya.
   Para bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati melakukan silaturahmi dan pendekatan kepada masyarakat se-Kabupaten Simalungun yang tujuannya hanyalah untuk meraih simpati dan dukungan dari masyarakat tersebut. Mulai dari pertemuan dengan kelompok kecil, hingga pertemuan dengan kelompok relawan se-Kabupaten.
   Berbicara tentang Pilkada, tak bisa ditampik dengan isu berapa tas kekuatan yang dimiliki para kompetitor. Ada sebagian orang yang menyatakan bahwa isi tas merupakan salah satu indikator calon tersebut dapat memenangkan kontestasi. Tetapi ada indikator lain pula mengatakan besaran jumlah tas yang dibawah para kompetitor akan menjadi peluang bahwa kompetitor tersebut akan melakukan tindakan korupsi saat beliau terpilih.
   Disini penulis tidak mengajak masyarakat untuk berpihak kepada calon yang memiliki isi tas, tetapi penulis ingin membuka cakrawala berpikir masyarakat Kabupaten Simalungun terkait figur bagaimana yang tepat untuk menjadi calon kepala daerah di Kabupaten Simalungun tercinta ini.
   Mari kita dukung calon kepala daerah yg memiliki figur seperti berikut :
1. Track Recordnya bersih dari korupsi
Karena dengan record bersih dari korupsi, maka otomatis penggunaan anggaran belanja diharapkan efektif, efisien dan tidak terbuang percuma untuk pihak-pihak yang sebetulnya tidak terkait dengan tujuan penggunaan anggaran.

2. Pemimpin Egaliter
Maksudnya pemimpin yang egalitarian itu artinya pemimpin tersebut mampu menghilangkan 'jarak' antara dia dengan orang-orang yang dipimpinnya dan orang-orang yang memilihnya. Karena kalau calon ini egaliter, tentu mereka akan datang dengan sederhana dan berbincang-bincang dengan kita dalam setiap ada kesempatan. Kemampuan responsi mereka yang egaliter sangat cepat. Dan kemampuan mereka untuk mencari solusi sebuah permasalahan pun luar biasa.

3. Mengerti Permasalahan Daerah
Untuk masalah yg satu ini diharapkan keaktifan kita untuk menghadiri forum-forum dialog/kampanye terbuka yang memberikan kesempatan bagi kita untuk bertatap muka dan bertanya secara langsung kepada mereka. Misalnya saja kita tanyakan; Sebenarnya apa yang menjadi masalah daerah kita? Bagaimana cara mengatasinya? dengan pendekatan Anggaran bagaimana kepala daerah mengaturnya? dengan pendekatan sosial kemasyarakatan, bagaimana membuat masalah itu biar selesai dalam lima tahun? bahkan dalam hitungan hari misalnya? Semakin cepat dan ringkas calon tersebut menjawab pertanyaan kita, menandakan orang tersebut punya kualitas menjadi pemimpin di daerah kita.

4. Paham dan Bisa Merealisasikan Visi dan Misi menjadi Aksi bukan Isapan Jempol Belaka
Semakin detail calon tersebut mampu menjadikan visi misinya tersebut ke dalam program aksi, maka semakin tahu si calon tersebut mau melakukan apa saat nanti dia terpilih.

5. Berani Melakukan Kontrak Politik
Kontrak politik ini lazim dilakukan sebagai wujud dukungan kita, beserta komunitas kita untuk memilih dan mendukung si calon. Melakukan kontrak politik artinya kita sadar dengan hak politik kita. Semakin besar jumlah kuantitas komunitas yang kita ajak untuk berkontrak politik, maka semakin mendekatkan calon kita untuk terpilih.

6. Lebih Mengutamakan Putra Daerah
Mungkin salah satu hal ini yang terkadang sepele, tapi penting untuk kita lihat pada figur calon; riwayat perjalanan hidup mereka, apakah pernah merasakan hidup di kota anda. Ini namanya chemistry.

   Menggunakan hak pilih itu penting, apalagi memilih calon pemimpin daerah yang berkualitas. Ini akan sangat menentukan bagaimana pembangunan akan dilakukan selama lima tahun dalam kepemimpinannya. Ingat, jangan pilih Calon Bupati/Walikota yang kalo ngomong sok manis di depan, dan ada indikasi serta kemungkinan si calon ini untuk korupsi.

Ini hanya analasis pribadi penulis saja masalah diterima atau tidak kembali pada pribadi kita juga ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

Salam Perubahan!!!
#AgusSyafrizalMPd
#SINERGISdanSOLUTIF
#Simalungun_Bergerak

Komentar

Posting Komentar