5 Kriteria Pemimpin Yang Layak Kita Pilih


MEMILIH seorang calon pemimpin bukanlah seperti memilih kontestan pada audisi Indonesian Idol. Yang artinya siapa yang paling populer dialah pemenangnya. Mengutip artikel dari Cak Nun bahwa: “Setiap pilihan resikonya adalah harus disertai kesanggupan untuk mengontrol sesuatu yang kita pilih. Di situlah kelemahan kita sebagai bangsa Indonesia. Kita harus memilih pemimpin tanpa sedikit pun ada kesanggupan untuk mengontrol pemimpin yang kita pilih itu. Bahkan lebih dari itu. Bukan hanya tidak sanggup mengontrol, kita bahkan tidak punya pengetahuan yang mencukupi sama sekali mengenai sesuatu yang kita pilih. Kita tidak tahu sebenarnya calon pemimpin itu kualitasnya bagaimana, hidupnya bagaimana, istrinya berapa, akhlaknya bagaimana, kita tidak tahu sama sekali. Dan kalau pun kita tahu, kita tak punya daya kontrol terhadap yang dipilihnya ini, tapi mau tak mau harus memilih. Ini dilema kita bersama se-Indonesia.”
Nah, sebelum terlambat –karena penyesalan selalu datangnya belakangan—berikut ini ada lima langkah yang bisa dijadikan rujukan untuk memilih pemimpin seperti dilansir 5fakta.com. Yuk, langsung saja kita simak lima rujukan biar tidak salah langkah dalam memilih pemimpin.
1. Kenali Sosok Calon Pemimpin
Ini point pertama yang harus kita lakukan sebelum menentukan pilihan. Kita harus gali sebanyak mungkin informasi tentang calon yang akan kita pilih. Tujuannya adalah agar kita mengenal lebih dekat siapa calon pemimpin kita. Media informasi sudah berkembang sedemikian pesatnya maka tidak ada alasan jika kita tidak mendapatkan informasi tentang calon pemimpinnya.
Yang perlu kita perhatikan adalah obyektifitas sumber informasi dari media yang kita baca atau lihat. Mengapa? Karena bukan rahasia lagi jika beberapa media besar di Indonesia adalah milik dari beberapa orang yang notabene adalah politikus atau pengusaha yang dekat dengan lingkaran kekuasaan. Sedikit banyak pasti ada muatan kepentingan dari sang pemilik. Karenanya, ketika kita mencoba menggali informasi tentang sosok calon pemimpin, hendaklah melakukan perbandingan dari berbagai sumber.
Informasi apa saja yang perlu kita gali tentang sosok calon pemimpin? Setidaknya ada empat point yang harus kita cari tahu yaitu: historinya, keluarganya, prestasinya dan visi dia kedepannya. Dalam melakukan penilaian terhadap sosok tersebut, jangan pernah terjebak pada penilaian media atau siapa pun.
Misal, banyak media menulis bahwa calon pemimpin ‘A’ memiliki visi membela kepentingan rakyat. Usahakan jangan ikut-ikutan mengamini penilaian tersebut.Mari kita belajar dari sejarah. Bukankah hampir semua pemimpin dan mantan pemimpin mengucapkan hal yang sama tapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Ini tidak lebih dari sebuah retorika politik. Buatlah frame penilaian sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman yang kita miliki. Seyogyanya, membela kepentingan rakyat bukanlah visi tapi, merupakan kewajiban dari seorang pemimpin.
2. Pemimpin yang Amanah
Selanjutnya mari kita telaah lebih jauh lagi. Jabatan, bagi seorang pemimpin adalah Amanah. Amanah sendiri adalah istilah dalam Islam yang berarti “Meletakkan sesuatu pada tempatnya yang pantas, tidak memberikan sebuah jabatan kecuali kepada seseorang yang berhak, dan tidak menyerahkan suatu tugas kecuali kepada seseorang yang selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dengan tugas yang diembannya.”
Untuk mengetahui seseorang itu amanah atau tidak, kita dapat menilainya dengan melihat track record dia selama ini. Seseorang yang amanah pasti mampu mengemban semua tugas yang dipercayakan dan menyelesaikannya dengan baik. Seseorang dikatakan tidak mampu memegang amanah jika tugas yang dipercayakan tidak mampu dia emban dan diselesaikan dengan baik. Apalagi jika secara sengaja dia tinggalkan untuk tujuan berikutnya.
Amanah mengharuskan memilih seseorang yang paling pantas untuk mengemban sebuah jabatan. Jika kita menyimpang darinya dan memilih orang lain karena pertimbangan hawa nafsu atau suka, pertimbangan money politic dan kekerabatan maka kita (dengan mengenyampingkan orang yang mampu dan pantas kemudian mengangkat orang yang lemah) telah melakukan sebuah pengkhianatan yang besar.
3. Adil
Kalau berbicara soal adil di negeri ini mungkin agak sedikit susah. Adil menjadi point wajib karena sebenarnya ini adalah prinsip dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Bahasa yang paling mudah dimengerti untuk definisi adil adalah tidak berat sebelah. Semua yang dipimpinnya haruslah disayangi dan diperlakukan dengan baik sesuai yang sudah diamanahkan. Cakupan adil pada tataran ini tidak hanya adil pada para pemilihnya tapi, juga adil terhadap masyarakat yang tidak memilihnya.
Terus bagaimana kita bisa menilai calon pemimpin tersebut adil? Parameter yang paling mudah adalah dengan melihat histori dan kondisi keluarga sang calon pemimpin. Seperti apa track record kepemimpinan mereka sebelumnya? Bagaimana respons orang-orang yang pernah merasakan kepemimpinannya? Jika sang calon pemimpin tersebut sama sekali baru dan tidak pernah memimpin suatu organisasi atau masyarakat, setidaknya lihatlah bagaimana kondisi keluarga dan penilaian orang-orang yang pernah dekat dengan calon pemimpin tersebut.
Jika calon pemimpin kita adalah laki-laki maka akan lebih mudah. Karena pada hakikatnya seorang laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga. Nah, dari sanalah kita bisa melakukan penilaian. Apakah mereka adalah figur pemimpin keluarga yang baik? Jika dalam skala keluarga mereka sudah acuh, cuek, atau menjauh dari keluarga, jangan harap ketika diberi amanah untuk memimpin dalam skala yang lebih besar mereka akan mampu mengemban kepercayaan dengan baik.
4. Bervisi
Pemimpin yang bervisi adalah pemimpin yang mempunyai pandangan jauh ke depan sehingga dapat membawa orang-orang yang dipimpinnya ke arah yang diinginkan sesuai dengan visinya. Mudahnya, visi itu seperti sebuah payung yang akan menaungi kemanapun kamu pergi. Seperti yang kita singgung dalam point 1 (satu) bahwa kita harus bisa membedakan antara hak dan kewajiban. Antara Visi dan Misi. Hal ini bertujuan agar kita mampu berpikir obyektif dan tidak termakan oleh pidato kampanye para calon pemimpin yang suka mengobral janji.
Berbicara soal visi, menarik sekali mengutip ucapan Noe (Vokalis Letto, anak dari Cak Nun) yang mengatakan bahwa: “Pemimpin yang sebenarnya tidak berangkat dari iklan-iklan yang membesarkan atau menawarkan dirinya. Pemimpin yang sebenarnya berawal dari dia memang melakukan sesuatu. Orang-orang disekitarnya punya mimpi yang sama tapi tidak mampu melakukannya. Dia menitipkan mimpi pada orang ini (calon pemimpin) dan dia mendukung orang ini. Orang ini didukung oleh sekitarnya bukan karena dia menawarkan diri tapi, karena dia bisa dititipi mimpi oleh para pendukungnya.”
5. Pertimbangan
Setelah kamu mendapatkan informasi dan pemahaman yang cukup dari empat point di atas, coba kita lakukan perbandingan diantara kandidat yang nantinya akan kita pilih. Langkah nomer lima ini juga penting agar kita tidak terjebak pada fanatisme sesaat seperti memilih Indonesian idol. Setidaknya timbang-timbang sendiri agar kita mendapatkan kriteria calon pemimpin yang benar-benar dapat mewakili suara kita. Atau kalau kita berbicara pahit, minimal dari para calon pemimpin tersebut ada beberapa kriteria dari hasil penilaian kita yang dimiliki oleh para calon pemimpin itu.

Komentar